Proses Penerjemahan Bahasa yakni merupakan sebuah rangkaian tindakan dimana penerjemah dapat mencurahkan pengetahuannya, ketrampilannya, kemampuannya, dan kebiasaannya untuk dapat mengalihkan pesan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Nida and Taber (1969 ; 33) membagi sebuah proses penerjemahan bahasa kedalam III tahapan, antara lain :
1. Menganalisa isi pesan bahasa sumber
2. Pengalihan bahasa
3. Merekonstruksi ulang isi pesan didalam bahasa sasaran
Contoh Gambaran:
BAHASA SUMBER —> PROSES PENGANALISAAN —–> PROSES PENGALIHAN —–> PROSES REKONSTRUKSI ULANG —–> BAHASA SASARAN
1. Tahapan Analisa
merupakan tahapan dimana hubungan gramatikal dan makna dari masing – masing kata dan kombinasi kata – kata dianalisa dan ditelaah serta ditelusuri : pada tahapan ini apa yang tersurat ( terstruktur lahir ) dapat dianalisis menurut hubungan akan tata bahasa ( grammar ), menurut makna kata atau kombinasi kata, menurut makna tekstual ataupun kontektual guna untuk diperoleh akan pemahaman pesan apa yang hendak disampaikan wacana.
2. Tahapan Pengalihan
Didalam tahapan pengalihan ini, materi yang telah dianalisis, telah ditelaah dan ditelusuri pada tahapan pertama dialihkan atau ditransfer didalam benak si penerjemah dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Pada tahapan ini struktur batin ( kerja otak ) beroprasi guna untuk pencarian kesepadanan oleh setiap informasi yang terpahami dari proses pada tahapan pertama tadi.
3. Tahapan rekonstruksi ulang
Tahapan rekonstruksi ulang ini merupakan tahapan dimana penerjemah menulis ulang atau mengungkapkan kembali materi yang sudah terolah pada tahapan 1 dan tahapan 2 tadi, sedemikian rupa sehingga hasil dari terjemahannya memiliki keterbacaan, gaya, dan kaidah yang wajar dan juga dapat diterima didalam bahasa sasaran. Weber ( tahun 1984 dikutip oleh Abdullah, 1996 ) dan Suryawinata ( pada tahun 1989 ) menambahkan 1 langkah yang lebih lanjut, yaitu tahapan evaluasi dan revisi dimana kelemahan dan kejanggalan bisa diperbaiki dan diluruskan dengan secara terus – terusan membandingkan dan mencocokan isi pesan dan kesan bahasa sumber dengan bahasa sasarannya.
Bagan yang tertera dibawah ini akan menjelaskan proses terjemahan, yang merupakan proses adaptasi dari seorang Suryawinata ( pada tahun 1989 ) yang mengembangkan konsep dari Nida dan Teber dengan meminjamkan konsep struktur batinnya ( kerja otak ) dari aliran Generative Tranformational Grammar :
Proses Pikiran Batin < —– ( Wacana asli didalam Bahasa sumber ) —> analisa mengenai terjemahan ( yaitu : isi maksud, makna pesan didalam Bahasa sumber) —> Proses Pengalihan Pendanaan ( mengenai isi maksud, makna pesan didalam Bahasa sumber ) —> Proses Rekonstruksi Ulang ( mengenai Wacana asli didalam Bahasa sumber) —–>
Seperti dengan proses penerjemahan diatas, Newmark menganjurkan empat tingkatan proses tahapan penerjemahan yang harus diindahkan oleh si penerjemah , yakni :
1. Tingkatan teks , tingkat bahasa yang padanya penerjemah mulai dan berulang kali ( meski tidak terus – terusan ) rujuk kembali :
2. Tingkatan referensial , tingkat objek dan peristiwa, nyata dan khayalan, yang penerjemah dilakukan secara berkelanjutan harus divisualisasikan dan dibangun, dan merupakan bagian terpenting, pertama dari kepahaman, selanjutnya dari proses mengkata – katakan kembali ( reproduksi ) :
3. Tingkat kepaduan , yang lebih umum dan gramatis, yang memberi rel pada pelacakan alur pikiran, nilai rasa ( positif dan negative ) dan beragam presuposisi dari teks bahasa sumber ; tingkatan ini yang mencakup baik pemahaman ataupun pengkata – kataan kembali ; tingkatan ini juga menyuguhkan secara keseluruhan gambaran yang harus menjadi sandaran yang penyesuaian tingkat bahasanya dari si penerjemah ;
4. Tingkat kealamiahan atau kewajaran, peredaksian yang dianggap sangat wajar baik bagi si penulis maupun dari penutur dalam situasi tertentu.
Demikian postingan kami kali ini, semoga bermanfaat.